Wednesday, December 28, 2016

A. INTERELASI ANTARA FILSAFAT DENGAN AGAMA

Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan antara satu ahli dengan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Filsfat menurut etimologi adalah berasal dari Bahasa Arab dari kata falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani. Arti filsafat sendiri adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.[1] Sedangkan menurut terminologi adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat kebenaran).[2] Menurut sejarah, agama tumbuh bersamaan dengan berkembangnya kebutuhan manusia. Salah satu dari kebutuhan itu adalah kepentingan manusia dalam memenuhi hajat rohani yang bersifat spritual, yakni sesuatu yang dianggap mampu memberi motivasi semangat dan dorongan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit dicari dan dikejar sampai akhirnya mereka menemukan suatu zat yang dianggap suci, memiliki kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai dengan taraf perkembangan cara berpikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya sebagai Tuhan. Dapatlah dimengerti bahwa hakikat agama merupakan fitrah naluriah manusia yang tumbuh dan bekembang dari dalam dirinya dan pada akhirnya mendapat pemupukan dari lingkungan alam sekitarnya. Ada yang menganggap bahwa agama di dalam banyak aspeknya mempunyai persamaan dengan ilmu kebatinan. Yang dimaksud ilmu agama di sini pada umumnya adalah agama-agama yang bersifat universal. Artinya para pengikutnya terdapat dalam masyarakat yang luas yang hidup di berbagai daerah. Di samping itu ajarannya sudah tetap dan ditetapkan (established) di dalam kaedahnya atau ketetapannya dan semuanya hanya dapat berubah di dalam interpretasinya saja. Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar dapat memberi kebahagiaan di dunia dan akhirat baik kepada dirinya sendiri maupun kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu agama juga memberikan ajaran untuk membuka jalan yang menuju kepada al-Khaliq, Tuhan yang Maha Esa ketika manusia telah mati. Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang tidak dapat dirubah meskipun masyarakat yang telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya. Maksud di sini adalah bahwa ajaran agama itu dapat dijadikan pedoman hidup, bahkan dapat dijadikan dasar moral dan norma-norma untuk menyusun masyarakat, baik masyarakat itu bersifat industrial minded, agraris, buta aksara, maupun cerdik pandai (cendikiawan). Karena ajaran agama itu universal dan telah estabilished, maka agama itu dapat dijadikan pedoman yang kuat bagi masyarakat baik di waktu kehidupan yang tenang maupun dalam waktu yang bergolak. Selain itu, agama juga menjadi dasar struktur masyarakat dan member pedoman untuk mengatur kehidupannya. Kemudian kita kembali kepada arti harfiah dari agama itu. B. INTERELASI ANTARA FILSAFAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN Ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Karena pengetahuan adalah unsur dari kebudayaan, maka ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan dengan sendirinya juga merupakan salah satu unsur kebudayan. antara ilmu dan kebudayaan ada hubungan timbal balik, Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan, sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Keadaan sosial dan kebudayaan, saling tergantung dan mendukung. jadi interelasi antara filsafat,pendidikan dan budaya ibarat mata rantai yang saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Apakah hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan? Oleh Louis Kattsoff dikatakan: Bahasa yang pakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukanya di dalam ilmu pengetahuan. Namun, apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuwan mungkin penting pula bagi seorang filsuf. Pada bagian lain dikatakan: Filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga filsuf. Para filsuf terlatih di dalam metode ilmiah, dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa ilmu sebagai berikut: 1. Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana juga filsuf identik dengan ilmuwan. 2. Objek material ilmu adalah alam dan manusia. Sedangkan objek material filsafat adalah alam, manusia dan ketuhanan. Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah.[3] Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.[4] Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.[5]

Interelasi Filsafat Pendidikan Islam dengan Ilmu Kalam

Filsafat adalah suatu pemikiran yang bersifat rasional, universal, sistematis serta radikal. Pada dasarnya filsafat banyak mempunyai peran penting dalam lahirnya ilmu-ilmu islam. Lahirnya ilmu kalam disebabkan persoalan-persoalan yang muncul pada saat Rasulullah wafat, pertanyaan yang semula praktis dapat menjadi suatu permasalahan. Kajian Alqur’an pada saat itu sangat penting. Kajian Alqur’an dibahas bertujuan untuk mengetahui Apakah kalam Allah bersifat qadim atau hadits?, tetapi kemudian pertanyaan tersebut berkembang menjadi pembahasan tentang Allah dengan sifat-sifat-Nya. Disamping itu bahwa untuk memahami maksud yang sebenarnya dari wahyu (ayat-ayat Alqur’an) tidak mungkin tanpa menggunakan akal. dalam sistem ilmu kalam digunakan dalil-dalil naqli yang berupa penegasan penjelasan dari wahyu, dan dali aqli yaitu penggunaan akal pikiran. Tetapi dalam prakteknya, ternyata dalil-dalil aqli lebih dominan penggunaannya, karena berkembangnya ilmu kalam tersebut dengan tujuan untuk mempertahankan aqidah islam dari serangan dan rongrongan ajaran filsafat lain. Disamping itu bahwa untuk memahami maksud yang sebenarnya dari wahyu (ayat-ayat alqur’an) tidak mungkin tanpa menggunakan akal. Dengan demikian segi-segi filsafat dalam ilmu kalam lebih menonjol. Ketika filsafat berperan dalam lahirnya ilmu kalam maka banyak golongan yang berfikir menggunakan rasionalitas sehingga dapat memunculkan golongan-golongan baru dengan anggapan dan keyakinan yang berbeda-beda pula. Filsafat pendidikan islam menunjukan bahwa potensi pembawaan manusia tidak lain adalah sifat-sifat Tuhan, atau Al asma’ al husna, dan dalam mengembangkan sifat-sifat Tuhan tersebut dalam kehidupan kongkret, tidak mengarah kepada menodai dan merendahkan nama dan sifat Allah. Menurut konsep pendidikan dalam islam bahwa pada hakikatnya manusia sebagai khalifah Allah di alam, manusia mempunyai potensi untuk memahami, menyadari, dan kemudian merencanakan pemecahan problema hidup dan kehidupannya. Dalam ilmu kalam kita mengenal Al-Asmaul Husna yang diajarkan dan ditanamkan dalam diri manusia sehingga sehingga merupakan potensi untuk tumbuh dan berkembang. Di antara Al-Asma’ tersebut misalnya Al-Khaliq (pencipta), Al-Kudrah (kuasa), Al-iradah (berkehendak), Al-Hayy (hidup), Al-Qayyum (bediri sendiri) dan sebagainya, kesemuanya meupakan potensi-potensi pembawaan yang tertanam dalam diri manusia. Diantara tugas kekhalifahan, adalah mengembangkan potensi pembawaan tersebut dalam alam, dalam kehidupan nyata. Dalam mengembangkan Al-Asma’ tersebut, manusia diberi petunjuk oleh Allah. Petunjuk tersebut berupa aturan-aturan atau hukum-hukum yang telah diciptakan oleh Allah, baik yang tersurat dalam Al-Qur’an maupun tersirat dalam sunnatullah. Kaitannya dengan dunia pendidikan pada era sekarang ini, melalui kurikulum yang semakin maju kita juga mempunyai peran untuk memajukan pendidikan, khususnya pada bidang agama islam. Dengan melakukan metode-metode pengajaran yang di dalamnya terdapat pembelajaran tentang Asmaul Khusna, akan menjadikan seorang peserta didik yang mampu menanamkan potensi dirinya untuk tumbuh berkembang. Dengan kata lain islam menghendaki agar manusia melaksanakan pendidikan diri sendiri secara bertanggung jawab, agar tetap berada dalam kehidupan islami. Hal ini akan memberikan petunjuk pembinaan kurikulum yang sesuai dan pengaturan yang diperlukan. Dalam analisanya terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam pendidikan islam masa kini akan dapat memberikan informasi apakah proses pendidikan islam yang berjalan selama ini mampu mencapai tujuan pendidikan islam yang ideal atau tidak. Dapat merumuskan dimana letak kelemahannya, dan dengan demikian bisa memberikan alternative-alternatif perbaikan dan pengembangannya. Perbaikan-perbaikan tersebut dapat terwujud berupa perubahan-perubahan pada kurikulum pada setiap periodenya. Kurikulum yang terus menerus berubah akan berdampak terhadap perekembangan kemampuan pada peserta didik, khususnya kemampuan dalam memahami dan menanamkan nilai-nilai islami. Pada penerapannya dalam pendidikan bisa diterapkan pada pemberian mata pelajaran yang menyangkut pembahasan tentang ilmu kalam. Misalnya saja mata pelajaran Aqidah Akhlak, mata pelajaran ini diajarkan untuk mencapai tujua pedidikan islam yang bersangkutan dengan ilmu kalam, yaitu pemahaman tentang sifat-sifat Allah. Seorang pendidik harus mempunyai cara atau metode yang dapat dikembangkan untuk memberikan penjelasan tentang sifat-sifat Allah serta memberikan penjelasan bahwa manusia di berikan Allah sebagai khalifah di bumi. Seorang pendidik harus mampu menjelaskan bagaimana makna manusia sebagai khalifah di bumi, bukan hanya menjelasakan tetapi juga harus member suri tauladan yang dapat jadi panutan pada kehidupan nyata. Lewat penjelasan-penjelasan diatas dapat diketahui bahwa filsafat sangat berperan dalam munculnya ilmu kalam, yang berawal dari wafatnya Rasulullah. dan muncul banyak pendapat tokoh-tokoh yang menjadikan Al-Qur’an sebagaikajian utamanya. Dan lama kelamaan pendapat para tokoh mulai berkembang dan pemikirannya semakin luas yang bukan hanya berpusat pada pembahasan tentang Al-Qur’an itu Qadim atau Hadits. Tetapi perbedaan pendapat tentang ajaran atau syariat agama islam di berbagai aliran-aliran yang muncul, seperti Asy’ariyah, Maturidiyah serta Mu’atzilah. Dan lewat pemikiran logis (filsafat) ilmu kalam berkembang dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama islam.

Friday, December 23, 2016

syair kitab jauhar tauhid, permata ilmu tauhid

Syair kitab jauhar tauhid Haryanto Mata Kuliah Tauhid 1- الحَمْدُ لِلّهِ عَلَى صِلاَتِـهِ - ثُمَّ سَلاَمُ اللهِ مَـعْ صَلاَتِـهِ 2- عَلَى نَبِيّ جَاءَ بِالتَّوْحِيدِ - وَقَدْ عَرَى الدِّينُ عَنِ التَّوْحِيدِ 3- فَأَرْشدَ الخَلْقَ لِدِينِ الحَقِّ - بِسَيْفِـهِ وَهَدْيِـهِ لِلـحَـقِّ 4- مُحَمَّدِ الْعَاقِبْ لِرُسْلِ رَبِّهِ - وَآلِـهِ وَصْحِبِـهِ وَحِزْبِـهِ 5- وَبَعْدُ: فَالْعِلْمُ بأَصْلِ الدِّيـنِ - مُحَـتَـمٌ يَحْـتَـاجُ لِلتَّبْيِـيـن 6- لكِنْ مِنَ التَّطْوِيِل كَلَّتِ الْهِمَمْ - فَصَارَ فِيـهِ الاِخْتِصَـارُ مُلْتَـزَمْ 7- وَهـذِهِ أُرْجُـوزَةٌ لَقَّبْتُهَـا:[جوْهَرَةَ التَّوْحِيدِ]. قَدْ هَذَّبْتُهَـا 8- وَاللهَ أَرْجُو فِي الْقَبُولِ نَافِعًا - بِهَا مُرِيدًا فِي الثَّـوابِ طَامِعًـا 9- فَكُلُّ مَنْ كُلَّـفَ شَرْعًـا وَجَبَـا - عَلَيْهِ أَنْ يَعْـرِفَ: مَـا قَـدْ وَجَبَـا 10- لِلّـهِ وَالجَائـزََ وَالمُمْتَنِـعَـا - وَمِـثْـلَ ذَا لِرُسْـلِـهِ فَاسْتَمِـعَـا 11- إِذْ كُلُّ مَنْ قَلَّدَ فِـي التَوْحِيـدِ - إِيمَانُـهُ لَـمْ يَخْـلُ مِـنْ تَـرْدِيـدِ 12- فَفِيهِ بَعْضُ الْقَوْمِ يَحْكِي الخُلْفَا - وَبَعْضُهُـمْ حَقَّـقَ فِيـهِ الْكَشْـفَـا 13- فَقَالَ: إِنْ يَجْزِمْ بِقَوْلِ الْغَيْـرِ - كَفَى وَإِلا لَـمْ يَـزَلْ فِـي الضَّيْـرِ 14- وَاجْزِمْ بِأَنَّ أَوَّلاً مِمَّـا يَجِـبْ - مَعَرِفَـةٌ وَفِيـهِ خُلْـفٌ مُنْتَـصِـبْ 15- فَانْظُرْ إِلَى نَفْسِكَ ثُـمَّ انْتَقِـلِ - لِلْعَالـمَ العُلـوِيِّ ثُــمَّ السُّفْـلِـي 16- تَجِدْ بِهِ صُنْعًا بَدِيـعَ الْحِكَـمِ - لكِـنْ بِـهِ قـامَ دَلِـيـلُ الْـعَـدَمِ 17- وَكُلُّ مَا جَـازَ عَلَيْـهِ الْعَـدَمُ - عَلَيْـهِ قَطْعًـا يَسْتَحِيـلُ الْـقِـدَمُ 18- وَفَسِّرَ اْلإِيمَـانُ: بِالتَّصْدِيـقِ - وَالنُّطْقُ فِيـهِ الخَلْـفُ بِالتَّحْقِيـقِ 19- فَقِيلَ: شَرْطٌ كالْعَمَلْ. وَقِيلَ: بَلْ - شَطْرٌ وَالاسْـلاَمِ اشْرَحَـنَّ بِالْعَمَـلْ 20- مِثَالُ هذَا: الحَـجُّ وَالصَّـلاَةُ - كَـذَا الصِّيَـامُ فَــادْرِ وَالـزَّكـاةُ 21- وَرُجِّحَـتْ: زيَـادَةُ اْلإِيمَـانِ - بِمَـا تَزِيـدُ طَـاعَـةُ اْلإِنْـسَـانِ 22- وَنَقَصُهُ بِنَقْصهَـا. وَقِيـلَ: لاَ - وَقِيـلَ لاَ. خُلْـفَ كَـذَا قَـدْ نُقـلاَ 23- فَوَاجبٌ لهُ: الْوُجُودُ وَالْقِـدَمْ - كَـذَا بَقَـاءٌ لاَ يُشَـابُ بِالْـعَـدَمْ 24- وَأَنَّـهُ لِمَـا يَنَـالُ الْـعَـدَمُ - مُخَالـفٌ بُرْهَـانُ هــذَا الْـقِـدَمُ 25- قِيَامُـهُ بِالنَّفـس وَحْدَانيَّـةْ - مُنَـزَّهًـا أَوْصَـافُـهُ سَـنِـيَّـةْ 26- عَنْ ضِدٍّ أَوْ شِبْهٍ شَرِيكٍ مُطْلَقَا - وَوَالَـدٍ كَـذَا الْوَلَـدْ وَاْلأَصْـدِقَـا 27- وَقُــدْرَةٌ إِرَادَةٌ وَغَـايَـرَتْ - أَمْرًا وَعِلْمًا وَالرِّضَـا كمـا ثَبَـتْ 28- وَعِلْمُهُ وَلاَ يُقَـالُ مُكْتَسَـبْ - فَاتْبَعْ سِبِيلَ الحَقِّ وَاطـرَحِ الرِّيَـبْ 29- حَيَاتُهُ كَـذَا الْكَـلاَمُ السَّمْـعُ - ثُمَّ الْبَصَـرْ بَـذِي أَتَانَـا السَّمْـعُ 30- فَهَلْ لَـهُ إِدْرَاكٌ أًوْ لاَ خُلْـفُ - وَعِنْـدَ قَـوْمٍ صَـحَّ فِيـهِ الْوَقْـفُ 31 - حَـيٌّ عَلِيـمٌ قـادِرٌ مُرِيـدُ - سَمِـعْ بَصِيـرٌ مَـا يَشَـا يُرِيـدُ 32- مُتْكَلِّمٌ ثُـمَّ صِفَـاتُ الـذَّاتِ - لَيْسَـتْ بِغَيْـرٍ أَوْ بِعَيْـنِ الــذَّاتِ 33- فَقُـدْرةٌ بِمُمْـكِـنٍ تَعَلَّـقَـتْ - بِـلاَ تَنَاهِـي مَـا بِـهِ تَعَلَّـقَـتْ 34- وَوَحْدَةً أَوْحِتْ لَهَا وَمِثْـلُ ذِي - إِرَادَةٌ وَالْعِلْـمُ لـكِـنْ عَــمَّ ذِى 35- وَعَمَّ أَيْضًا وَاجِبًا وَالمُمْتَنِـعْ - وَمِـثـلُ ذَا كَـلاَمُـهُ فَلْنَـتَّـبِـعْ 36- وَكُلُّ مَوْجُودٍ أَنِطْ لِلسَّمْعِ بِـهْ - كَذَا الْبَصَـرْ إِدْرَاكُـهُ إِنْ قِيـلَ بِـهْ 37- وَغَيْرُ عِلْمٍ هـذِهِ كمـا ثَبَـتْ - ثُـمَّ الحَيَـاةُ مَـا بشَـيْ تَعَلَّقَـتْ 38- وَعِنْدَنَا أَسْمَاؤُهُ الْعَظِيمَـةْ - كَـذَا صفَـاتُ ذَاتِـهِ قَدِيـمَـةْ 39- وَاخْتِيرَ أَنَّ اسْمَاهُ تَوقِيفِيَّةْ - كَذَا الصِّفَاتُ فاحْفَـظِ السَّمْعْيَّـةْ 40- وَكُلُّ نَصٍ أَوْهَمَ التَّشْبِيهَـا - أَوِّلْـهُ أَوْ فَـوِّضْ وَرُمْ تَنْزِيهَـا 41- وَنَزّهِ الْقُـرْآنَ أَيْ كَلاَمَـهْ - عَنِ الحُدُوثِ وَأحْـذَرِ انِتْقَامَـهْ 42- وَكُلُّ نَـصٍ لِلْحُـدُوثِ دَلاَّ - اِحْمِلْ عَلَى اللَّفْظِ الـذَّي قَـدْ دَلاَّ 43- وَيَسْتَحِيلُ ضِدُّ ذِى الصِّفَات - فِي حَقِّهِ كالْكَوْن فِـي الْجِهَـاتِ 44- وَجَائِزٌ فِي حقِّهِ مَا أَمْكَنَـ - إِيجَادًا إعْدَامًـا كَرَزْقِـهِ الْغِنَـا 45- فَخَالِقٌ لِعَبَدْه وَمَـا عَمِـلْ - مُوَفِّـقٌ لِمَـنْ أَرَادَ أَنْ يَـصِـلُ 46- وَخَـاذِلٌ لِمَـنْ أَرَادَ بُعْـدَهُ - وَمُنْجِـزٌ لِـمَـنْ أَرَادَ وَعْــدَهُ 47- فَوْزُ السَّعِيدِ عِنْدَهُ فِي اْلأَزّلِ - كَـذَا الشَّقُّـيِ ثُـمَّ لَـمْ يَنْتَقِـلِ 48- وَعِنْدَنَا لِلْعَبْدِ كَسْبٌ كُلِّفَـا - بِهِ وَلكِـنْ لَـمْ يُؤَثِّـرْ فَاعْرِفَـا 49- فَلَيْسَ مَجْبُورًا وَلاَ اخْتِيَارَا - وَلَيْـسَ كَـلاًّ يَفْعَـلُ اخْتِيَـارَا 50- فَإِنْ يُثِبْنَا فَبِمَحْضِ الْفَضْلِ - وَإِن يُعَـذِّبْ فَبِمَحْـص الْعَـدْلِ 51- وَقَوْلُهُمْ: إِنَّ الصَّلاَحَ وَاجِبٌ - عَلَيْهِ زُورٌ مَـا عَلَيْـهِ وَاجِـبُ 52- أَلَمْ يَرَوْا إيلاَمَهُ اْلأَطْفَـالاَ - وَشِبْهَهَـا فَـحَـاذِرِ المُـحَـالاَ 53- وَجَائِزٌ عَلَيْهِ خَلْـقُ الشِّـرِّ - وَالْخَيْرِ كالإِسْلاَمْ وَجَهْـلِ الْكُفْـرِ 54- وَوَاجِبٌ إِيمَانُنَـا بِالْقَـدَرِ - وَبِالْقَضَا كما أَتَـى فِـي الْخَبَـرِ 55- وَمِنْهُ أَنْ يُنْظَرَ بِاْلأَبْصَـارِ - لكِنْ بِـلاَ كَيْـفٍ وَلاَ انْحِصَـارِ 56- لِلْمُؤُمِنِينَ إِذْ بِجَائِزْ عُلِّقَتْ - هـذِا وَلِلْمُخْتَـارِ دُنْيَـا ثَبَتَـتْ 57- وَمِنْهُ: إِرْسَالُ جَمِيعِ الرُّسْلِ - فَلاَ وُجُوبَ بَلْ بِمَحْضِ الْفَضْـلِ 58- لكِنْ بِذَا إِيمَانُنَا قَدْ وَجَبَـا - فَدَعْ هَوَى قَوْمٍ بِهِـمْ قَـدْ لَعِبَـا 59- وَوَاجِبٌ فِي حَقِّهِمْ: الأمَانَةْ - وَصِدْقُهُمْ وَضِفْ لَهَـا الْفَطَانَـةْ 60- وَمِثْلُ ذَا تَبْلِيغُهُمْ لِمَا أَتَـوْا - وَيَسْتَحيـلُ ضِدُّهَـا كمـا رَوَوْا 61- وَجَائِزٌ فِي حَقِّهِمْ كاْلأَكْـلِ - وَكالْجِمَاعِ لِلنَّسَـا فِـي الْحِـلِّ 62- وَجَامِعٌ مَعْنَى الذَّيِ تَقَـرَّرَا: - شَهَادَتَا اْلإِسْلاَمِ فَاطْـرَحِ الْمِـرَا 63- وَلَمْ تَكُنْ نُبْـوَّةٌ مُكْتَسَبَـةْ - وَلَوْ رَقَى فِي الْخَيْرِ أَعْلى عَقَبَـةْ 64- بَلْ ذاكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ لِمَنْ - يَشَـاءُ جَـلَّ اللهُ وَاهِـبُ الِمِنَـنْ 65- وَأَفْضَلُ الخَلْق عَلَى اْلإِطْـلاَقِ - [نبِيُّنَـا] فَمِـلْ عَــنِ الشِّـقَـاقِ 66- وَاْلأَنْبِيَا يَلُونَـهُ فِـي الْفَضْـلِ - وَبَعْدَهُـمْ ملاَئِـكَـة ذِي الْفَـضْـلِ 67- هذَا وَقَوْمٌ فَصَّلُـوا إِذْ فَضَّلُـوا - وَبَعْضُ كُـلٍّ بَغْضَـهُ قَـدْ يَفْضُـلُ 68- بِالمُعْجِـزَاتِ أُيـدُوا تَكَـرُّمَـا - وَعِصْمَـةَ الْبَـارِي لِكُـلٍّ حَتِّـمَـا 69- وَخُصَّ خَيْرُ الخَلْقِ أَنْ قَدْ تَمَّمَا - بِـهِ الجَمِـيـعَ رَبُّـنَـا وَعَمَّـمَـا 70- بِعْثَتُـهُ فَشَرْعُـهُ لاَ يُنْـسَـخُ - بِغَيْـرهِ حَتَّـى الـزَّمَـانُ يُنْـسَـخُ 71- وَنَسْخُهُ لِشَـرْعِ غَيْـرهِ وَقَـعْ - حَتْمًـا أَذَلَّ اللهُ مَـنْ لَــهُ مَـنَـعْ 72- وَنَسْخَ بَعْضِ شَرْعِهِ بِالْبَعَـضِ - أَجِزْ وَمَا فِـي ذَا لَـهُ مِـنْ غَـضٍّ 73- وَمُعْجِزَاتُـهُ كَثِيـرَةٌ غُــرَرْ - مِنْهَـا كَـلاَمُ اللهِ مُعْجِـزُ الْبَـشَـرْ 74- وَاجْزِمْ بِمِعْرَاجِ النَّبِي كما رَوَوْا - وَبَرِّئَـنْ لِعَائِشَـةْ مِـمَّـا رَمَــوْا 75- وَصَحْبُهُ خَيْرُ الْقُرُونِ فَاسْتَمِعْ - فَتَابِعِـي فَتَـابِـعٌ لِـمَـنْ تَـبِـعْ 76- وَخَيْرُهُمْ مِنْ وُلِّـيَ الْخِلاَفَـةْ - وَأَمْرُهُـمْ فِـي الْفَضْـلِ كالْخِلاَفَـةْ 77- يَلِيهُـمُ قَـوْمٌ كَـرِامٌ بَـرَرَهْ - عِدَّتُهُـمْ سِـتٌّ تَـمَـامُ الْعَـشَـرَةْ 78- فَأَهْلُ بَـدْرٍ الْعَظِيـمِ الشَّـانِ - فَأَهْـلُ أُحْـدٍ بَيْـعَـةِ الـرِّضْـوَانِ 79- وَالسَّابِقُونَ فَضْلُهُمْ نَصًّا عُرِفْ - هذَا وَفِـي تَعْيِينِهِـمْ قَـدِ اخْتُلِـفْ 80- وَأَوِّلِ التَّشَاجُـرَ الـذَّيِ وَرَدْ - إِنْ خُضْتَ فِيهِ وَاجْتَنِبْ دَاءَ الحَسَـدْ 81- وَمَالِـكٌ وَسَـائِـرُ اْلأَئِـمَّـهْ - كَـذَا أَبُـو الْقَاسِـمْ هُـدَاةُ اْلأُمَّـهْ 82- فَوَاجِبٌ تَقْلِيـدُ حَبْـرٍ مِنْهُـمُ - كَـذَا حكا الْقَـوْمُ بِلَفْـظٍ يُفْهَـمُ 83- وَأَثْبِتَـنْ لِلأَوْلِيَـا الْكَرَامَـةْ - وَمَـنْ نَقَاهَـا فَانْبـذَنْ كَـلاَمَـهْ 84- وَعِنْدَنَا أَنَّ الدُّعـاءَ يَنْفَـعُ - كما مِنَ الْقُـرْآنِ وَعْـدًا يُسْمـعُ 85- بِكُلِّ عَبْدٍ حَافِظُـونَ وُكِّلُـوا - وَكاتِبُـونَ خِيـرَةٌ لَـنْ يُهْمِلُـوا 86- مِنْ أَمْرِهِ شَيْئًا فَعَلْ وَلَوْ ذَهِلْ - حَتَّى اْلأَنِينَ فِي المَرَضْ كما نُقِـلْ 87- فَحاسِبِ النَّفْسَ وَقِلَّ اْلأَمَـلاَ - فَـرُبَّ مَـنْ جَـدَّ لأِمْـرٍ وَصَـلاَ 88- وَوَاجِـبٌ إِيمَانُـنَـا بِالْـمَـوْتِ - وَيَقْبِـضُ الـرُّوحَ رَسُـولُ الـمَـوْتِ 89- وَمَيِّـتٌ بِعُمْـرِهِ مَـنْ يُقْـتَـلُ - وَغَـيْـرُ هــذَا بَـاطِـلٌ لاَ يُقْـبَـلُ 90- وَفِي فَنَا النفْس لَدَى النَّفْخِ اخْتُلِفْ - وَاسْتَظْهَر السُّبْكِى بقَاهَا اللَّـذْ عُـرف 91- عَجْبَ الذَّنَبْ كالرُّوحِ لكِنْ صَحَّحَا - الْـمُـزَنِـيُّ لِلْـبِـلَـى وَوَضَّـحَــا 92- وَكُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ قَـدْ خَصَّصُـوا - عُمُومَـهُ فَاُطْلُـبْ لِمَـا قَـدْ لخَصُـوا 93- وَلاَ تَخُضْ فِي الرُّوحِ إِذْ مَا وَرَدَا - نَـصٌّ مِـنَ الشَّـارِعِ لكِـنْ وُجِــدَا 94- لِمَالِـكٍ هِـيَ صُـورَةٌ كالجَسَـدِ - فَحَسْبُـكَ الـنَّـصُّ بِـهـذَا السَّـنَـدِ 95- والْعَقْلُ كالـرُّوحِ وَلكِـنْ قَـرَّرُوا - فِيـهِ خِلاَفًـا فَانْظُـرَنْ مَـا فَسَّـرُوا 96- سُؤَالُنَـا ثُـمَّ عَـذَابُ الْقَبْـرِ - نَعِيمُـهُ وَاجِـبْ كَبَعْـثِ الحَشْـرِ 97- وَقُلْ يُعَادُ الْجِسْمُ بِالتَّحْقِيـقِ - عَـنْ عَـدَمٍ وَقِيـلَ عَـنْ تَفْرِيـقِ 98- مَحْضَيْنِ لكِنْ ذَا الْخِلاَفُ خُصَّا - بِاْلأَنْبِيَـا وَمَـنْ عَلَيْهـمْ نُـصَّـا 99- وَفِي إِعَادَةِ الْعَـرَضْ قَـوْلاَنِ - وَرُجِّـحَـتْ إِعَــادَةُ اْلأَعـيْـان 100- وَفِي الزَّمَنْ قَوْلاَنِ وَالْحِسَابُ - حَـقٌ وَمَـا فِـي حَـقٍ ارْتِيَـابُ 101- فَالسَّيِّئَـاتُ عِنْـدَهُ بِالْمِثْـلِ - وَالحَسَنَـاتُ ضُوعَفـتَ بِالْفَضْـلِ 102- وَبِاجْتِنَابٍ لِلْكَبَائِـرْ تُغْفَـرُ - صَغَائِـرٌ وَجَـا الْوُضُـو يُكَـفِّـرُ 103- وَالْيَوْمُ الآخِرْ ثُمَّ هَوْلُ المَوْقِفِ - حَقٌ فَخَفَّـفْ يَـا رَحِيـمُ وَأَسْعِـفِ 104- وَوَاجِبٌ أَخْذُ الْعِبَادِ الصُّحُفَـا - كمـا مِـنَ الْقُـرْآنِ نَصًّـا عُـرِفَـا 105- وَمِثْلُ هذَا: الْوَزْنُ وَالمِيـزَانُ - فَـتُـوزَنُ الْكُـتْـبُ أَوْ اْلأَعْـيَـانُ 106- كَذَا الصِّرَاطُ فَالْعِبَادُ مُخْتَلِـف - مُـرُورُهُـمْ فَسَـالِـمٌ وَمُنْـتَـلِـفْ 107- وَالْعرْشُ وَالْكُرْسِيُّ ثُمَّ الْقَلَـمُ - وَالْكاتِبُـونَ اللَّـوْحُ كُــلٌّ حِـكَـمُ 108- لاَ لاِحْتِيَـاجٍ وَبِهَـا اْلإِيمَـانُ - يَجِـبْ عَلَيْـكَ أَيُّـهَـا اْلإِنْـسَـانُ 109- وَالنَّارُ حَقٌّ أُوجِدَتْ كالْجَنَّـهْ - فَـلاَ تَـمِـلْ لِجَـاحـدٍ ذِي جِـنَّـهْ 110- دَار خُلُودٍ للسَّعِيـد وَالشَّقِـي - مُـعَـذَّبٌ مُنَـعَّـمٌ مَهْـمَـا بَـقِـى 111- إِيمَانُنَا بَحوْضِ خَيْرِ الرُّسْلِ - حَتْـمُ كمـا جَاءَنَـا فِـي النَّـقْـل 112- يَنَالُ شُرْبًا مِنْهُ أَقْوَامٌ وَفَـوْا - بِعَهْدِهِمْ وَقُـلْ يُـذَادُ مَـنْ طَغَـوْا 113- وَوَاجِبٌ شَفَاعَـةُ المُشَفَّـعِ - [مُحَـمَّـدٍ] مُقَـدَّمًـا لاَ تَـمْـنَـعٍ 114- وَغَيْرُه مِنْ مُرْتَضى اْلأَخْيَارِ - يَشْفَعْ كما قَدْ جَـاءَ فِـي اْلأَخْبَـارِ 115- إِذْ جَائِزٌ غُفْرَانُ غَيْرِ الْكُفْـرِ - فَـلاَ نُكَـفَّـرْ مُؤْمِـنًـا بِـالْـوزْرِ 116- وَمَنْ يَمُتْ وَلَمْ يَتُبْ مِنْ ذنْبِهِ - فَـأَمْـرُهُ مُـفَــوَّضٌ لِـرَبِّــهِ 117- وَوَاجِبٌ تَعَذِيبُ بَعْضٍ ارْتَكَبْ - كَبِيـرَةً ثُـمَّ الْخُـلُـودُ مُجْتَـنَـبْ 118- وَصِفْ شَهِيدَ الحَرْبِ بِالْحَيَاةِ - وَرِزْقَـهُ مِـنْ مُشْتَهـى الجَنَّـاتِ 119- وَالرِّزْقُ عِنْدَ الْقَوْمِ مَا بِهِ انْتُفِعْ - وَقِيلَ لاَ بَـلْ مَـا مُلِـكْ وَمَـا اتُّبِـعْ 120- فَيَرْزُقُ اللهُ الحَـلاَلَ فَاعْلَمَـا - وَيَــرْزُقُ المَـكْـرُوهَ وَالمُحَـرَّمَـا 121- فِي الاِكْتِسَابِ وَالتَّوَكُّلِ اخْتُلِفْ - وَالرَّاجِحُ التَّفْصِيـلُحَسْبَمـا عُـرِفْ 122- وَعِنْدَنَا الشَّيْءُ هُوَ المَوْجُودُ - وَثَابِـتٌ فِـي الْخَـارِجِ المَوْجُـودُ 123- وُجُودُ شَيْءٍ عَيْنُهُ وَالْجَوْهَرُ - الْفَـرْدُ حَـادِثٌ عِنْدَنَـا لاَ يُنْـكَـر 124- ثُمَّ الذُّنُوبُ عِنْدَنَا قِسْمـانِ: - صَغِـيـرَةٌ كَبِـيـرَةٌ فَالـثَّـانِـي 125- مِنْهُ الْمَتَابُ وَاجِبٌ فِي الْحَالِ - وَلاَ انْتِقَـاضَ إِنْ يَـعُـدْ لِلْـحَـالِ 126- لكِنْ يُجَدِّدُ تَوْبَةً لِمَا اقْتَـرَفْ - وَفِي الْقَبْولِ رَأْيُهُـمْ قَـدِ اخْتَلَـفْ 127- وَحِفْظُ دِينٍ ثُمَّ نَفْسٍ مَالْ نَسَبْ - وَمِثْلُهَا عَقْـلٌ وَعِـرْضٌ قَـدْ وَجَـبْ 128- وَمَنْ لِمَعْلُومٍ ضَـرُورَةً جَحَـدْ - مِنْ دِينِنَا يُقْتَـلُ كُفْـرًا لَيْـسَ حَـدّْ 129- وَمِثْلُ هذَا مَنْ نَفـى لِمُجْمَـعِ - أَوِ اَسْتَـبَـاحَ كالـزَّنَـا فَلْتَسْـمَـعِ 130- وَوَاجِبٌ نَصْبُ إِمَامٍ عَـدْلِ - بِالشَّرْعِ فَاعْلَـمْ لاَ بِحُكْـمِ الْعَقْـلِ 131- فَلَيْسَ رُكْنًا يُعْتَقَدْ فِي الدِّينِ - فَـلاَ تَـزغْ عَـنْ أَمْـرِهِ المُبِيـنِ 132- إِلاَّ بِكُفْرٍ فَانْبِـذَنَّ عهْـدَهُ - فَاللهُ يَكْفِـيـنَـا أَذَاهُ وَحْـــدَهُ 133- بَغِيْرِ هذَا لاَ يُبَاحُ صَرْفُـهُ - وَلَيْسَ يُعْـزَلْ إِنْ أُزِيـلَ وَصْفُـهُ 134- وَأَمُرْ بِعُرْفٍ وَاجْتَنِبْ نَمِيمَةْ - وَغِيـبَـةً وَخَصْـلَـةً ذَمِـيـمَـةْ 135- كالْعُجْبِ وَالْكِبْرِ وَدَاءِ الحَسَدِ - وَكالْمِـرَاءِ وَالـجَـدَلْ فاعْتَـمـدِ 136- وَكنْ كَمَا كانَ خِيَارُ الخَلْـقِ - حَلِيـفَ حِـلْـمٍ تَابِـعًـا لِلْـحَـقِّ 137- فَكُلُّ خَيْرٍ فِي اتِّبَاعِ مَنْ سَلَف - وَكُلُّ شَرٍ في ابْتـدَاعِ مِـنْ خَلَـفْ 138- وَكُلُّ هَدْيٍ لِلنَّبِّي قَـدْ رَجَـحْ - فَمَا أُبِيحَ افْعَلْ وَدَعْ مَـا لَـمْ يُبَـحْ 139- فَتَابِعِ الصَّالِحَ مِمَّـنْ سَلَفَـا - وَجَانِـبِ الْبِدْعَـةَ مِمَّـنْ خَلَـفَـا 140- هذَا وَأَرْجُو اللهَ فِي اْلإِخْلاصِ - مِـنَ الرَّيَـاءٍ ثُـمَّ فِـي الْخَـلاَصِ 141- مِنَ الرَّجِيمِ ثُمَّ نفْسِي وَالْهَوَى - وَمَـنْ يَمِـلْ لِهـؤُلا قَـدْ غَــوَى 142- هذَا وَأَرْجُو اللهَ أَنْ يْمنحَنَـا - عِنْـدَ السُّـؤَالِ مُطْلـقًـا حُجَّتَـنَـا 143- ثُمَّ الصَّلاَةُ وَالسَّـلاَمُ الدَّائِـمُ - عَلَـى نَـبِـيٍ دَأَبُــهُ المَـرَاحِـمُ 144- [مُحَمَّدٍ] وَصَحْبِـهِ وَعِتْرَتِـهْ - وَتَابِـعٍ لِنَهْـجِـهِ مَــنْ أَمَّـتِـهْ

Wednesday, December 14, 2016

bhs inggris

1. Dani mempunyai berat badan 45 kg Raka mempunyaoi berat bada 60 kg Berat badan danui lebih ringan dari raka Berat badan raka lebih berat dai dani 2. Tinggi badan kaka 175 cm Tinggi badan adik 160 cm Kaka lebih tinggi dari adik Adik lebih pendek dari kaka 3. Kulkas nida suhunya 50 c Kulkas dani suhunya 60 c Suhu kulkas nida lebih rendah dari suhu kulkas dani Suhu kulkas dani lebih tinggi dari suhu kulkas nida
1. Dani has a weight of 45 kg Raka mempunyaoi bada weight 60 kg Danui lighter weight than raka Raka heavier weight dai dani 2. Height 175 cm kaka Sister height 160 cm Kaka is higher than sister Sister shorter than kaka 3. Refrigerator temperature nida 50c Dani refrigerator temperature is 60 c Nida refrigerator temperature is lower than refrigerator temperature dani Dani refrigerator temperature is higher than the temperature of the refrigerator nida

Monday, December 12, 2016

fungsi BMT

Fungsi § Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat (Pokusma) dan daerah kerjanya. § Meningkatkan kualitas SDM anggota dan pokusma menjadi professional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global. § Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota. § Menjadi perantara keuangan antara agnia ( Yang berhutang ) sebagai shahibul maal dengan dhuafa sebagai mudharib, terutama untuk dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah wakaf hibah dll. § Menjadi perantara keuangan antara pemilik dana baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha produktif.

EKONOMI DAN PANCASILA

Indonesia sebagai negara dengan diversitas masyarakat yang tinggi membutuhkan sistem ekonomi pancasila sebagai pilar bangsa dalam membangun negeri yang kokoh, damai, dan sejahtera. Secara historis ekonomi pancasila bukanklah hal yang baru baik dilihat dari persepsi filosofis, konsepsi, maupun implementasi. Karena pada dasarnya sistem ini muncul sebagai jalan keluar atas berkembangnya sistem perekonomian liberal dan sosial di ranah masyarakat bumi pertiwi. Istilah ekonomi pancasila pertama kali dibahas dalam sebuah artikel yang dibuat oleh Dr. Emil Salim pada tahun 1967. Istilah ini kemudian mulai menjadi sorotan pada 1979, sehingga menjadikannya sebagai suatu sistem yang mampu menopang kebijakan pemerintah. Suatu sistem perekonomian yang khas tentu saja harus dimiliki sebuah bangsa. Karena selain dapat menjaga daya tahan budaya bangsa ditengah badai globalisasi juga dapat membantu pemerintah mengatasi permasalahan perekonomian dan finansial yang semakin lama semakin kompleks. Selanjutnya, sistem perekonomian yang dikembangkan tentu saja harus sesuai dengan ideologi bangsa ketika sistem tersebut diimplementasikan. Sehingga sangat tepat jika Indonesia mengkombinasikan nilai-nilai pancasila sebagai dasar dan ideologi negara dengan sistem ekonomi yang menjadi penentu kebijakan baik pemerintah, masyarakat, maupun individu. Pancasila telah dijadikan ideologi bangsa kita sejak beberapa dekade lalu. Bahkan nilai-nilai nya telah tertulis beberapa abad sebelum indonesia terbentuk. Oleh sebab itu sistem ekonomi pancasila sangat relevan dengan nilai-nilai dasar negara yang telah dibangun oleh para founding fathers bangsa ini. Implementasi Sistem Ekonomi Pancasila sebagai Pilar Bangsa Dalam tahapan implementasinya sebenarnya tujuan yang mendasar dari sistem ini adalah agar Indonesia bisa menghasilkan sebuah panduan kebijakan perekonomian yang bisa menjadi jati diri bangsa. Yaitu sistem perekonomian yang sesuai dengan Nilai-nilai pancasila yang tertuang dalam sila pertama sampai dengan sila ke lima. HARYANTO97
Ketuhanan Yang Maha Esa Dua hal mendasar yang terkandung dalam sila pertama ini sehubungan dengan perekonomian berbasis pancasila, yaitu Menjamin kemerdekaan setiap warga negara tanpa diskriminasi untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya dengan menciptakan suasana yang harmonis dan toleransi yang sesuai bukan yang kebablasan Memajukan toleransi dan kerukunan agama agar semua elemen masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam memajukan perekonomian bangsa Kemanusiaan Yang Adil dan beradab Nilai yang perlu diimplementasikan dalam hal ini adalah bahwa negara memperlakukan warganya sebagai makhluk yang bermartabat. bukan masyarakat kelas kedua, ketiga, atau bahkan kesekian. Persatuan indonesia Hal ini bisa diwujudkan dengan analogi gambar disamping. Artinya semua elemen bangsa baik pemerintah maupun masyarakat harus bahu membahu, bersinergi, dan bekerjasama memajukan perekonomian Indonesia. Negara kita mampu menjadi cerminan perekonomian dunia dengan syarat yang mendasar, PERSATUAN. Karena kita semua sadar bahwa masyarakat kita begitu multikultural, jika tidak ada perekat yang kuat, sekali goyah maka hancurlah bangsa ini. Inilah solusi yang diberikan pancasila jika dikolaborasikan dengan sistem perekonomian yang akan mampu menjadi perekat yang kuat dan tahan banting.HARYANTO97 Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan Ini merupakan sila yang penting, karena asas bangsa kita mengedepankan nilai-nilai perwakilan dan permusyawaratan dalam menghadapi masalah dan menemukan solusinya. Rakyat adalah kedaulatan tertinggi. Dalam artian bahwa perekonomian harus mengedepankan kepentingan rakyat diatas kepentingan oknum. Pemerataan pendapatan akan menjadi fokus utama yang pada akhirnya akan menaikan taraf hidup banyak orang. Negeri kita akan jaya, asalkan sila ini diimplementasikan dengan kebijakan perekonomian yang matang. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Keadilan sosial berarti keadaan yang seimbang dalam suatu dinamika perekonomian masyarakat, namun ternyata dalam kenyataannya sila ke-5 masih memiliki banyak kekurangan. HARYANTO97 Perwujudan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia setelah 69 tahun merdeka masih belum maksimal sekaligus merupakan sila yang diabaikan oleh penyelenggara Negara Kesatuan Republik Indonesia dari saat kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai dengan saat ini. Ini ditandai dengan saat ini adanya kurang lebih 100 juta rakyat Indonesia (menurut data Bank Dunia) berada dibawah garis kemiskinan atau kurang lebih 40 % dari bangsa Indonesia ini menandakan masih besarnya kesenjangan sosial di indonesia karena pemerataan pendapatan yang belum memadai. Demikianlah gambaran tentang bagaimana seharusnya sebuah sistem perekonomian berbasis pancasila dijadikan sebagai pilar bangsa dalam rangka mewujudkan kehidupan yang gemah ripah loh jenawi – tentram, makmur, dan sejahtera. Baca juga artikel menarik lainnya, negara terkaya di dunia dan negara terkecil di dunia. Saat ini bangsa kita membutuhkan sosok pemimpin yang mampu mengintegrasikan semua sumber daya Indonesia agar mampu menghasilkan kebijakan yang PRO-Rakyat dan PRO-Pemerintah. Semoga artikel ini selain memberikan informasi ekonomi juga mampu memberikan kesadaran bagi siapapun khususnya generasi muda sebagai pemegang tongkat estafet dimasa yang akan datang.

BAITUL MAL WAT TAMWIL

PENGERTIAN BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atau dapat juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitul maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan islam. Dimana baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial atau penyaluran dana yang non-profit, seperti : zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba, yakni sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Dari pengertian tersebut dapat ditarik suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial BMT dapat terlihat pada defenisi baitul maal, sedangkan peran bisnis BMT terlihat dari defenisi baitul tamwil. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah. Sebagai lembaga sosial, baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran Lembaga Amil Zakat (LAZ), oleh karenanya, baitul maal ini harus di dorong agar mampu berperan secara professional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana-dana sosial lain, dan upaya pensyarufan zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah (UU Nomor 38 tahun 1999). Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam. BMT mempunyai peluang untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sektor riil maupun sektor keuangan lain yang dilarang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan bank. Karena BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan.

STRIKE dan DIP

Dalam penelitian lapisan dan struktur geologi kita harus mengetahui kedudukan batuan di permukaan bumi dengan mengukur arah penyebarannya dan juga kemiringan batuan. Dalam ilmu Geologi, kedua elemen tersebut dinamakan Strike dan Dip. Apa itu Strike Dip? Strike atau Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dipadalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll. Strike Dip pada bidang http://web.arc.losrios.edu/~borougt/StrikeAndDip.jpg Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan (sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang berstrukturfoliasi. Penulisan strike dan dip hasil pengamatan ialah : N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike) and (Nilai Dip) Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas Geologi. Kompas Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi gelembung udara berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal. Kompas geologi http://doctorgeologyindonesia.blogspot.com/2010/05/kompas-geologi.html Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah: • Mencari arah jurus pada bidang (strike) 1. Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan arah. 2. Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada bidang yang akan kita ukur. 3. Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung udara pada bull eyes berada di tengah. 4. Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara. Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip. • Mencari kemiringan bidang (dip) 1. Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus. 2. Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di tengah. 3. Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip. Disamping menggunakan kompas Geologi, strike dip bidang dapat ditentukan dengan metode 3 titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan berikut kemiringannya di lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam menentukan strike dip ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas, dan mineral-mineral lainnya.

kata sifat

– aback – artinya: terkejut – abandoned – ditinggalkan – abashed – malu – aberrant – yang menyimpang dr kebiasaan – abhorrent – mengerikan – abiding – kekal – abject – hina – ablaze – terang benderang – able – sanggup – abnormal – abnormal – aboard – naik kapal – aboriginal – asli – abortive – gagal – abounding – berlimpah – abrasive – kasar – abrupt – tiba-tiba – absent – absen – absorbed – terserap – absorbing – mengasyikkan
– abstracted – disarikan – absurd – menggelikan – abundant – berlimpah-limpah – abusive – kasar – acceptable – diterima – accessible adalah kata sifat dalam bahasa Inggris berarti: diakses – accidental – artinya: kebetulan – accurate – tepat – acid – asam – acidic – asam – acoustic – akustik – acrid – tajam – actually – sebenarnya – ad hoc – ad hoc – adamant – teguh – adaptable – beradaptasi – addicted – kecanduan – adhesive – perekat – adjoining – berdampingan – adorable – menarik – adventurous – petualang – afraid – takut – aggressive – agresif – agonizing – menyiksa – agreeable – cocok – ahead – di depan – ajar – terbuka sedikit – alcoholic – beralkohol – alert – waspada – alike – sama – alive adalah kata sifat dalam

Contoh kalimat verbal

Fika is reading a history book right now. Fika sedang membaca buku sejarah saat ini. Budi comes from Bandung. Budi datang dari Bandung. Lia can speak Arabic well. Lia bisa bicara bahasa arab dengan baik. She will study hard. Dia akan belajar keras. I go to school every morning. Saya pergi ke sekolah setiap pagi. Agung went to Thailand last week. Agung pergi ke Thailand minggu kemarin. We did the test yesterday. Kami melakukan test kemarin. She visited Bali in 2005. Dia mengunjungi Bali pada 2005. I have been learning English since 2007. Saya telah mempelajari bahasa inggris sejak 2007. I have already eaten. Saya sudah makan. Dina has just come. Dina baru saja datang. They haven’t read those books. Mereka belum membaca buku-buku itu. I haven’t met Dina yet. Saya belum bertemu Dina sampai saat ini. My mom has cooked fried chicken. Mama ku telah memasak ayam goreng. Smoking damages lungs. Merokok merusak paru-paru We learn English at ENGLISH ONLINE every day. Kami beajar bahasa inggris di ENGLISH ONLINE setiap hari. The sun rises from the east. Matahari terbit dari timur. Shinta looks very happy. Shinta terlihat sangat senang. X : Look! Y and her sister are doing their work N : Yes,they are both diligent,aren't they? X : Yes, but Y is more diligent than her sister N : And she always does her work correctly X : Yeah I know. A : I can't choose one of these dress. they are so cute. B : But I think the red dress is the most beautiful one. A : Really? B : Sure. You'll look as gorgeous as Cinderella. Or maybe you'll be prettier than her. A : Oh thanks for the words. I'll take this one Pengertian dan Contoh Degrees of Comparison Pengertian dan Contoh Degrees of Comparison – Degrees of comparison atau bisa disebut juga dengan bentuk perbandingan pada kata sifat (Adjectives). Degrees of comparison memiliki 3 bentuk perbandingan, yaitu: Pengertian dan Contoh Degrees of Comparison 1. Positive Degree 2. Comparative Degree 3. Superlative Degree Contoh : 1. Positive Degree – Dewi is as big as Dian. (Dewi sama besarnya dengan Dian.) 2. Comparative Degree – Dini is bigger than Dewi. (Dini lebih besar daripada Dewi) 3. Superlative Degree – Dini is the biggest. (Dini paling besar.) 1. POSITIVE DEGREE Positive Degree atau “Tingkatan Biasa” adalah kata sifat yang digunakan untuk menyatakan bahwa suatu benda atau orang dalam keadaan sama dengan yang lainnya. Susunan kalimat ini dibentuk dengan menempatkan kata sifat ( adjectives) diantara dua as. to be + as + adjective + as Contoh : – He is as tall as his uncle. (Dia sama tinggi dengan pamannya.) – Najlia is as smart as Rania. (Najlia sama pandainya dengan Rania.) – You are as small as my sister. (Kamu sama kecilnya dengan kakak perempuan saya.) 2. COMPARATIVE DEGREE Comparative Degree (Tingkatan Lebih) digunakan untuk menyatakan bahwa keadaan suatu benda atau orang lebih dari yang lainnya. Aturan pembentukan kalimat ini adalah sebagai berikut : to be + comparative + than Keterangan : – Tambahkan akhiran “er” pada kata sifat ( adjectives ) yang pendek (umumnya terdiri dari satu atau dua suku kata), gabungkan dengan kata “than”. – Untuk kata sifat ( adjectives ) yang lebih panjang (lebih dari dua suku kata) umumnya didahului dengan kata “more” sebelum kata sifat, kemudian diikuti dengan kata “than”. Contoh : – My house is larger than Doni’s house. (Rumah saya lebih luas daripada rumah Doni.) – Magazine is more interesting than newspaper. (Majalah lebih menarik daripada koran.) – Mr.Jack is richer than Mr. Black. (Tuan Jack lebih kaya daripada Tuan Black.) Keterangan : 1. Kata sifat yang berakhiran huruf -e diubah menjadi comparative dengan menambahkan -r. Contoh : – brave : berani —> braver : lebih berani – large : luas —> larger : lebih luas – wide : lebar —> wider : lebih lebar – safe : aman —> safer : lebih aman – fine : bagus —> finer : lebih bagus 2. Kata sifat yang terdiri dari satu suku kata dan berakhiran dengan huruf mati dapat diubah menjadi comparative dengan menambahkan -er – hard : keras —> harder : lebih keras – high : tinggi —> higher : lebih tinggi – low : rendah —> lower : lebih rendah – slow : pelan —> slower : lebih pelan – young ; muda —> younger : lebih muda 3. Kata sifat yang berakhiran huruf mati setelah satu huruf hidup yang berbunyi dapat diubah menjadi comparative dengan menggandakan huruf mati tersebut dan kemudian menambahkan -er. – big : besar —> : bigger: lebih besar – fat : gemuk —> fatter : lebih gemuk – hot : panas —> hotter : lebih panas – thin : kurus —> thinner : lebih kurus 4. Kata sifat yang berakhiran huruf -y setelah huruf mati dapat diubah menjadi comparative dengan menggantikan huruf -y dengan huruf -i kemudian ditambahkan -er. – crazy : gila —> crazier : lebih gila – easy : mudah —> easier : lebih mudah – happy : gembira —> happier : lebih gembira – lazy : mlas —> lazier : lebih malas – tidy : rapi —> tidier : lebih rapi 5.Kata sifat yang berakhiran huruf -r, -er, -le, -ow dapat diubah menjadi comparative dengan menambahkan -er. – clever : pandai —> cleverer : lebih pandai – near : dekat —> nearer : lebih dekat – poor : miskin —> poorer : lebih miskin – narrow : sempit —> narrower : lebih sempit – shallow : dangkal —> shallower : lebih dangkal 6. Kata sifat yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih dapat diubah menjadi comparative dengan menambahkan more. – beautiful : cantik —> more beautiful : lebih cantik – delicious : enak —> more delicious : lebih enak – difficult : sulit —> more difficult : lebih sulit – important : penting —> more important : lebih penting – useful : berguna —> more useful : lebih berguna 7. Beberapa kata sifat diubah menjadi comparative dengan pola yang tidak beraturan. – good : bagus —> better : lebih bagus – bad : buruk —> worse : lebih buruk – little : sedikit —> less : lebih sedikit – much : banyak —> more : lebih banyak – far : jauh —> farther/further : lebih jauh 3. SUPERLATIVE DEGREE Superlative Degree (Tingkatan Paling) digunakan untuk menyatakan bahwa suatu benda atau orang adalah paling dibanding lainnya. to be + the superlative Keterangan : – Tambahkan akhiran “est” pada kalimat adjective yang pendek (umumnya yang terdiri dari satu atau dua suku kata). Dahului dengan kata sandang “the”. – Untuk kata sifat (adjectives) yang lebih panjang (lebih dari dua suku kata) umumnya didahului dengan kata “most” sebelum kata sifat itu. Dahului dengan kata “the”. – Kata sifat yang berakhiran dengan huruf -e diubah menjadi superlative dengan menambahkan huruf “-est”. Keterangan : 1. Kata sifat yang berakhiran huruf -e diubah menjadi superlative dengan menambahkan -st. Contoh : – brave : berani —> bravest : paling berani – large : luas —> largest : paling luas – wide : lebar —> widest : paling lebar – safe : aman —> safest : paling aman – fine : bagus —> finest : paling bagus 2. Kata sifat yang terdiri dari satu suku kata dan berakhiran dengan huruf mati dapat diubah menjadi superlative dengan menambahkan -est – hard : keras —> hardest : paling keras – high : tinggi —> highest : paling tinggi – low : rendah —> lowest: paling rendah – slow : pelan —> slowest : paling pelan – young ; muda —> youngest : lpaling muda 3. Kata sifat yang berakhiran huruf mati setelah satu huruf hidup yang berbunyi dapat diubah menjadi superlative dengan menggandakan huruf mati tersebut dan kemudian menambahkan -est. – big : besar —> : biggest: paling besar – fat : gemuk —> fattest : paling gemuk – hot : panas —> hottest : paling panas – thin : kurus —> thinnest : paling kurus 4. Kata sifat yang berakhiran huruf -y setelah huruf mati dapat diubah menjadi superlative dengan menggantikan huruf -y dengan huruf -i kemudian ditambahkan -est. – crazy : gila —> craziest : paling gila – easy : mudah —> easiest : paling mudah – happy : gembira —> happiest : paling gembira – lazy : mlas —> laziest : paling malas – tidy : rapi —> tidiest : paling rapi 5.Kata sifat yang berakhiran huruf -r, -er, -le, -ow dapat diubah menjadi superlative dengan menambahkan -est. – clever : pandai —> cleverest : paling pandai – near : dekat —> nearest : paling dekat – poor : miskin —> poorest : paling miskin – narrow : sempit —> narrowest : paling sempit – shallow : dangkal —> shallowest : lpaling dangkal 6. Kata sifat yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih dapat diubah menjadi superlative dengan menambahkan most. – beautiful : cantik —> most beautiful : paling cantik – delicious : enak —> most delicious : paling enak – difficult : sulit —> most difficult : paling sulit – important : penting —> most important : paling penting – useful : berguna —> most useful : paling berguna 7. Beberapa kata sifat diubah menjadi superlative dengan pola yang tidak beraturan. – good : bagus —> beest : paling bagus – bad : buruk —> worst : paling buruk – little : sedikit —> least : paling sedikit – much : banyak —> most : paling banyak – far : jauh —> farthest/furthest : paling jau Perbandingan Kata Sifat (Comparison of Adjectives) Oleh Herman Yudiono Kata sifat (adjectives) sering digunakan dalam bentuk perbandingan, yaitu bila kita hendak membandingkan antara sifat suatu benda dengan sifat suatu benda yang lainnya. Ada tiga tingkat perbandingan (degree of comparison) yang sering digunakan dalam bahasa Inggris. Di bawah ini penjelasannya. 1. Positive Degree (Tingkat Setara) Positive degree digunakan untuk membandingkan dua benda atau lebih yang memiliki sifat sama atau setara. Ini terdiri dari dua jenis yaitu: a) Perbandingan Setara Postif Rumus perbandingan setara positif adalah Subjek + to be + as + kata sifat + as + objek. Untuk lebih jelasnya, silakan lihat contoh-contoh kalimatnya berikut ini: • Chandra is as smart as his older brother. [Chandra secerdas abangnya.] • Raisa is as beautiful as the moon. [Raisa secantik bulan.] • You are as old as Dhani’s father. [Kamu setua ayah Dhani.] b) Perbandingan Setara Negatif Perbandingan setara negatif memiliki rumus Subjek + to be + not + as/so + kata sifat + as + objek Contoh kalimat kedua rumus tersebut adalah: • Chandra is not as smart as his older brother. Bisa juga ditulis Chandra is not so smart as his older brother. [Chandra tidak secerdas abangnya.] • Simon Santoso is not as strong as Lee Chong Wei. [Simon Santoso tidak sekuat Lee Chong Wei.] 2. Comparative Degree (Tingkat Lebih) Comparative degree digunakan untuk membandingkan dua benda atau lebih yang sifatnya tidak setara. Dengan kata lain, satu benda punya kelebihan daripada benda lain. Anda tinggal menambahkan akhiran -er di belakang kata sifat atau menambahkan more di depan kata sifat. Jangan lupa memakai than sebelum menyebutkan objek (benda yang kedua). Rumusnya: • Subjek + to be + kata sifat + -er + than + objek • Subjek + to be + more + kata sifat + than + objek Contoh kalimatnya: • Lee Chong Wei is stronger than Simon Santoso. [Lee Chong Wei lebih kuatdaripada Simon Santoso.] • Anas is more diligent than Lutfi. [Ansa lebih rajin daripada Lutfi.] Untuk beberapa situasi, comparative degree tidak menggunakan than. Mengapa? Ini karena kedua benda yang dibandingkan tidak ditulis dalam satu kalimat. Contohnya sebagai berikut: • Wawan’s car isn’t very big. He wants a bigger car. [Mobil Wawan tidak terlalu besar. Dia menginginkan mobil yang lebih besar.] • I’m not very tall. My brother is taller. [Saya tidak terlalu tinggi. Saudara laki-laki saya lebih tinggi.] 3. Superlative Degree (Tingkat Paling) Superlative degree digunakan untuk membandingkan dua benda atau lebih, di mana salah satu benda paling/ter… dari benda yang lainnya. Anda tinggal menambahkan akhiran -est di belakang kata sifat atau menambahkan most di depan kata sifat. Jangan lupa untuk menambahkan the sebelum kata sifat yang berfungsi sebagai penegas. Contoh-contoh kalimatnya: • Sahrul is the tallest boy among us. [Sahrul adalah anak tertinggi di antara kami.] • Mr. Susilo was the oldest man in the meeting. [Tuan Susilo adalah orang tertua di dalam rapat tersebut.] • Taj Mahal is the most luxurious cemetery in the world. [Taj Mahal adalah kuburan paling mewah di dunia.] • Cristiano Ronaldo is the most expensive football player in the world. [Cristiano Ronaldo adalah pesepak bola termahal di dunia.] Panduan Pembentukan Comparative dan Superlative Jumlah suku kata dari kata sifat berpengaruh terhadap pembentukan comparatives dan superlatives. Dan, jenis pembentukannya ada dua: regular (beraturan) dan irregular (tidak beraturan). A. Perbandingan Beraturan 1) Jika kata sifat hanya terdiri dari satu kata, maka tambahkan akhiran -er atau -est. Beberapa kata sifat yang hanya terdiri dari satu kata bisa Anda lihat pada tabel berikut ini. Positive Comparative Superlative fast faster fastest old older oldest poor poorer poorest rich richer rischest small smaller smallest tall taller tallest 2) Jika kata sifat berakhir dengan -e, hilangkan hurup tersebut lalu tambahkan akhiran -er/-est. Contohnya sebagai berikut: Positive Comparative Superlative late later latest nice nicer nicest gentle gentler gentlest 3) Jika kata sifat berakhir dengan -y, ganti -y dengan -i, terus tambahkan akhiran -er/-est. Lihat contoh-contohnya di bawah ini: Positive Comparative Superlative dirty dirtier dirtiest heavy heavier heaviest healthy healthier healthiest pretty prettier prettiest lazy lazier laziest 4) Jika kata sifat memiliki huruf vokal yang berada di antara dua konsonan, maka gandakan konsonan terakhir. Contoh-contohnya di bawah ini: Positive Comparative Superlative hot hotter hottest sad sadder saddest big bigger biggest thin thinner thinnest mad madder maddest wet wetter wettest 5) Jika kata sifat memiliki dua suku kata atau lebih, tambahkan more/most. Perhatikan contohnya berikut ini: Positive Comparative Superlative difficult more difficult most difficult careful more careful most careful expensive more expensive most expensive handsome more handsome most handsome beautiful more beautiful most beautiful attractive more attractive most attractive interesting more interesting most interesting generous more generous most generous B. Perbandingan Tidak Beraturan Pada perbandingan tidak beraturan, pembentukan kata sifat tidak mengikuti pola -er/est ataupun more/most. Contohnya sebagai berikut: Positive Comparative Superlative Good/well better best bad worse worst little less least Much/many more most far farther/further farthest/furthest Contoh kalimat: • Cloudy day is bad for laundry. [Hari mendung buruk untuk binatu.] • Rainy day is worse than cloudy day. [Hari hujan lebih buruk daripada hari mendung.] • Stormy day is the worst. [Hari berbadai adalah yang paling buruk.] Semoga penjelasan panjang lebar tentang perbandingan kata sifat di atas membantu Anda yang kesulitan memahaminya. Jika Anda punya pertanyaan mengenai topik ini, silakan hubungi saya melalui halaman kontak blog ini

Sunday, December 11, 2016

Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Batubara

Karakteristik Bahan Timbunan Bahan timbunan berasal dari bahan lapisan tanah berupa fragmen/bongkahan yang sangat masif dan keras yang terdiri atas batu liat, batu lanau, batu pasir, dan serpihan batubara muda. Dai dan Suseno (1993) mengatakan bahwa lapisan blue clay (BCl) mengandung mineral 2:1 (smektit dan Al-interlayered) yang mengandung garam-garam Sulfat seperti Jerosit (KFe3(SO4)2.(OH)6), Epsonit (MgSO4.7H2O), Hanksit (Na22KCl(CO3)2(SO4)9, Pirit (FeS2), dan Karbonat. Garamgaram tersebut berperanan dalam meningkatkan kemasaman tanah dan degradasi mineral 2:1. Selanjutnya Widjaja Adhi (1993) menambahkan bahwa bahan-bahan blue clay pada awalnya bereaksi alkalis (pH 7,0 - 8,0), tetapi setelah teroksidasi, maka pirit akan membentuk garam dan asam sulfat yang secara drastis menurunkan pH tanah areal timbunan. Kendala tanah seperti: pH sangat masam, tingginya kadar garam, rendahnya tingkat kesuburan, tanah terlalu padat, struktur tanah yang tidak stabil, permeabilitas yang lambat, dan aerasi tanah yang jelek merupakan pembatas utama yang dihadapi dalam mereklamasi areal timbunan pasca penambangan batubara (Widjaja 1993; Puslittanak 1993 dan 1995; Sidik et al. 1995; 1996; 1998a dan 1998b; Retno et al. 1995; Mulyani et al. 1998). Lahan timbunan pada tahun awal hanya mampu ditumbuhi tanaman pionir seperti rumput kawat (California grass), dan semak berduri. Lahan timbunan secara umum terdiri atas dua lapisan, yaitu (1) lapisan bawah dengan ketebalan beberapa meter hingga puluhan meter. Bahan yang ditimbun berupa fragmen/bongkahan, batu liat, endapan liat (blue clay), batu pasir, batubara muda, dan sisa batubara yang tidak terpilih. Sifat fragmen batuan adalah sangat masif, sangat keras, dan dipadatkan secara mekanis. Dalam keadaan terbuka, fragmen batuan mudah hancur terkena air hujan, mudah rekah, dan melumpur; (2) komponen lapisan atas yang umumnya ditutupi dengan tanah atas mempunyai ketebalan 50-75 cm. Tanah atas ini merupakan bahan campuran tanah, baik dari top soil, sub soil, dan bahan induk yang sudah melapuk. Dengan alasan praktis dan untuk menekan biaya, tanah atas ini penyebaran dan perataannya dilakukan secara mekanis. Tanah atas diyakini mempunyai sifat fisika, kimia, dan biologi lebih baik dibandingkan bahan timbunan di bawahnya. Lapisan tanah atas ini merupakan media pertumbuhan tanaman reklamasi yang diusahakan. Pada lahan segmen bawah (bidang alas) yang sudah terbentuk terlebih dulu dengan kelerengan 6 sampai 25 persen, umumnya mengalami erosi parit dengan kedalaman 0,5 - 1,0 meter, dan menjadi tempat dimana air aliran permukaan terkonsentrasi. Kolam pengendapan lumpur yang cepat menjadi dangkal dan adanya keluhan masyarakat sekitar lokasi penambangan akibat 194 | Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Batubara pencemaran sungai merupakan indikasi kuat cukup besarnya erosi dari areal timbunan. Di lain pihak, biaya pemeliharaan, termasuk pengerukan kolam pengendapan lumpur relatif mahal. Upaya pengendalian erosi, pendangkalan kolam-kolam pengendapan lumpur, dan pencemaran sungai perlu dilakukan sejak dini dengan melakukan penghijauan pada areal timbunan guna menciptakan keadaan lingkungan yang hijau, nyaman, atau tidak gersang. Kegiatan dan upaya penghijauan tersebut bertujuan agar bahaya erosi dan pencemaran sesegera mungkin dikendalikan. Mengingat banyaknya faktor pembatas maka diperlukan berbagai upaya terobosan guna mendapatkan alternatif teknologi reklamasi areal timbunan pasca penambangan agar mampu mengatasi kendala fisika, kimia, dan biologi sehingga lebih cepat dapat ditumbuhi tanaman penutup tanah dan pepohonan. Top Soil (Tanah Pucuk) Pengelolaan tanah lapisan atas sangat menentukan keberhasilan reklamasi areal timbunan. Tanah lapisan atas sedapat mungkin diarahkan untuk digunakan sebagai bahan penutup lahan timbunan paling atas dengan ketebalan yang disarankan sekitar 50-75 cm sebagai media tumbuh bagi tanaman reklamasi. Tanah lapisan atas ini bisa berasal dari top soil, sub soil, bahkan bahan induk tanah yang telah melapuk dengan sifat fisika, kimia, dan biologi yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan bahan timbunan. Pada awal penambangan, untuk mendapatkan tanah atas tidak begitu bermasalah, namun menjelang berakhirnya proses penambangan, lapisan tanah atas semakin sulit diperoleh karena luasnya areal timbunan dan sebagian tanah atas tertimbun bahan timbunan. Karena keterbatasan bahan top soil (tanah pucuk) untuk dijadikan lapisan atas, sering terdapat beberapa areal timbunan yang tidak dilapisi tanah pucuk. Areal timbunan yang tidak dilapisi tanah pucuk diusahakan lapisan paling atasnya berasal dari bahan timbunan yang tidak bersifat racun bagi tanaman. Penataan Lahan Timbunan Pasca Penambangan Penataan lahan timbunan memegang peranan penting dalam upaya reklamasi lahan pasca penambangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk lahan timbunan adalah: (a) volume bahan yang dipindahkan; (b) penambahan volume lahan saat penempatan/penimbunan kembali; (c) terbatasnya ruang atau tempat untuk timbunan; dan (d) bentang lahan sebelum ditambang. Mengingat umur penambangan relatif pendek maka pemanfaatan lahan pasca penambangan perlu direncanakan secara komprehensif misalnya apakah lahan tersebut akan dihutankan kembali, untuk usaha pertanian, perkebunan, atau obyek wisata, dan lainnya. Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim | 195 Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Batubara Pada umumnya bentuk lahan timbunan terdiri atas punggung yang relatif datar, lebar bidang datarnya 10-15 m, kelerengan bidang miring/tampingan 10- 20% dengan panjang lereng 5-10 m. Bentuk lahan yang demikian mempunyai bidang dasar yang luas dan semakin ke atas semakin menyempit. Berdasarkan kemajuan kegiatan penimbunan dan bentuk lahan timbunan, kegiatan reklamasi dimulai dari bidang miring diikuti dengan bidang datar pada level paling bawah kemudian ke level berikutnya setelah selesai penimbunan. Apabila memungkinkan, perbaikan lahan timbunan dapat dilakukan dengan cara memberikan tanah atas yang relatif lebih baik sifat fisika, kimia, dan biologinya. Tanah atas yang digunakan sebetulnya juga mempunyai masalah dalam hal tingkat kesuburannya, bahkan mengandung unsur yang dapat meracuni tanaman. Masalah yang dihadapi pada umumnya berupa unsur hara tanah yang rendah atau tanah miskin, pH rendah, kadar alumunium tinggi dan permeabilitas tanah yang lambat. Rendahnya hara N, P, K, dan bahan organik pada tanah timbunan mensyaratkan pemberian pupuk secara lengkap dan dengan dosis tinggi. Pada lahan yang terbuka, pukulan air hujan sangat kuat sehingga bahan timbunan mudah mengalami dispersi, dan hanyut bersama aliran permukaan. Bahan timbunan umumnya tidak berstruktur sehingga mudah hancur jika terkena air hujan. Jika hal ini tidak segera ditangani maka sedimen bahan timbunan akan mengalir ke badan-badan air, seperti: sungai, danau, dan kolam. Lahan pasca penambangan perlu ditata kembali (penataan lahan). Lubang bekas galian apabila memungkinkan perlu ditimbun kembali, namun bila masih terdapat bagian yang tidak dapat ditimbun kembali, dapat dijadikan kolam untuk budi daya ikan, cadangan air atau wahana wisata air, dan lainnya.Tanah yang telah rata ditanami dengan tanaman penutup tanah dari jenis kacang-kacangan (polong-polongan) untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mencegah terjadinya erosi (pengendalian erosi). Kacang-kacangan sebagai sumber pupuk hijau karena kemampuannya untuk mengikat dan mengelola mineral dalam tanah seperti nitrogen dan fosfor. Selain itu, penanaman vegetasi penutup tanah akan membuat tanah menjadi lebih gembur. Apabila turun hujan, akan lebih banyak air yang terserap. Erosi akan lebih terkendali dengan membuat saluran air (drainase) dan bendungan penahan. Setelah dilakukan kedua tahap reklamasi tersebut, tanah siap untuk ditanami tanaman lain (reklamasi dan penanaman kembali). Agar lahan pasca penambangan dapat kembali seperti semula, perlu dilakukan pemeliharaan tanaman yang digunakan untuk reklamasi (pemeliharaan). Secara berkala dilakukan pemupukan dua tahun sekali, yakni pada awal musim penghujan dan awal musim kemarau. Tanah di sekitar tanaman reklamasi juga perlu dibersihkan menggunakan sistim piringan mengikuti tajuk tanaman, diberi mulsa rumput lokal guna mengendalikan pertumbuhan gulma, dan mengurangi evaporasi, sekaligus sebagai sumber bahan organik. Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim | 195 Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Batubara Pada umumnya bentuk lahan timbunan terdiri atas punggung yang relatif datar, lebar bidang datarnya 10-15 m, kelerengan bidang miring/tampingan 10- 20% dengan panjang lereng 5-10 m. Bentuk lahan yang demikian mempunyai bidang dasar yang luas dan semakin ke atas semakin menyempit. Berdasarkan kemajuan kegiatan penimbunan dan bentuk lahan timbunan, kegiatan reklamasi dimulai dari bidang miring diikuti dengan bidang datar pada level paling bawah kemudian ke level berikutnya setelah selesai penimbunan. Apabila memungkinkan, perbaikan lahan timbunan dapat dilakukan dengan cara memberikan tanah atas yang relatif lebih baik sifat fisika, kimia, dan biologinya. Tanah atas yang digunakan sebetulnya juga mempunyai masalah dalam hal tingkat kesuburannya, bahkan mengandung unsur yang dapat meracuni tanaman. Masalah yang dihadapi pada umumnya berupa unsur hara tanah yang rendah atau tanah miskin, pH rendah, kadar alumunium tinggi dan permeabilitas tanah yang lambat. Rendahnya hara N, P, K, dan bahan organik pada tanah timbunan mensyaratkan pemberian pupuk secara lengkap dan dengan dosis tinggi. Pada lahan yang terbuka, pukulan air hujan sangat kuat sehingga bahan timbunan mudah mengalami dispersi, dan hanyut bersama aliran permukaan. Bahan timbunan umumnya tidak berstruktur sehingga mudah hancur jika terkena air hujan. Jika hal ini tidak segera ditangani maka sedimen bahan timbunan akan mengalir ke badan-badan air, seperti: sungai, danau, dan kolam. Lahan pasca penambangan perlu ditata kembali (penataan lahan). Lubang bekas galian apabila memungkinkan perlu ditimbun kembali, namun bila masih terdapat bagian yang tidak dapat ditimbun kembali, dapat dijadikan kolam untuk budi daya ikan, cadangan air atau wahana wisata air, dan lainnya.Tanah yang telah rata ditanami dengan tanaman penutup tanah dari jenis kacang-kacangan (polong-polongan) untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mencegah terjadinya erosi (pengendalian erosi). Kacang-kacangan sebagai sumber pupuk hijau karena kemampuannya untuk mengikat dan mengelola mineral dalam tanah seperti nitrogen dan fosfor. Selain itu, penanaman vegetasi penutup tanah akan membuat tanah menjadi lebih gembur. Apabila turun hujan, akan lebih banyak air yang terserap. Erosi akan lebih terkendali dengan membuat saluran air (drainase) dan bendungan penahan. Setelah dilakukan kedua tahap reklamasi tersebut, tanah siap untuk ditanami tanaman lain (reklamasi dan penanaman kembali). Agar lahan pasca penambangan dapat kembali seperti semula, perlu dilakukan pemeliharaan tanaman yang digunakan untuk reklamasi (pemeliharaan). Secara berkala dilakukan pemupukan dua tahun sekali, yakni pada awal musim penghujan dan awal musim kemarau. Tanah di sekitar tanaman reklamasi juga perlu dibersihkan menggunakan sistim piringan mengikuti tajuk tanaman, diberi mulsa rumput lokal guna mengendalikan pertumbuhan gulma, dan mengurangi evaporasi, sekaligus sebagai sumber bahan organik. 196 | Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Batubara Prinsip Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Reklamasi yang terencana dan terorganisir dengan baik, diharapkan dapat mengembalikan kondisi lahan pasca penambangan batubara sehingga tidak terkesan tandus, gersang dan tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Terdapat 5 kegiatan yang perlu ditempuh dalam pengelolaan lahan timbunan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan. Upaya reklamasi lahan sudah harus direncanakan secara komprehensif sebelum penambangan dimulai. Prinsip reklamasi lahan pasca penambangan batubara antara lain: 1) Perbaikan kondisi fisika, kimia, dan biologi tanah melalui: (a). perbaikan kondisi aerasi dan tingkat kepadatan tanah dengan cara melakukan pengolahan tanah dalam; (b). pemberian pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, mulsa sisa pangkasan tanaman atau bahan organik lainnya; (c). pemberian pupuk anorganik untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara seperti N, P, K, dan (d). pemberian bahan ameliorant seperti kapur (CaC03), dolomit, atau abu batubara. 2) Mengendalikan aliran permukaan guna mencegah erosi dan longsor dengan cara menanam legume cover crop (LCC) yang dapat memfiksasi N dari udara, rumput pakan ternak, dan/atau tanaman penguat teras lainnya; membuat saluran pembuangan air (SPA) yang diperkuat dengan batu atau ditanami rumput (grass water ways), mulai dari teras atas sampai ke bawah dan dilengkapi dengan terjunan air dari batu, bambu, kayu; menaman tanaman "barier", seperti Vetiver, Phaspalum, rumput BD pada bibir dan tampingan teras/bidang lereng terutama yang terjal untuk mengendalikan aliran permukaan dan erosi. 3) Prioritas pertama menaman tanaman pohon-pohonan pioner untuk penghijauan seperti tanaman angsana, akasia mangium, sengon, lamtoro, gamal, bambu, yang fungsinya terutama untuk meningkatkan bahan organik dan melindungi tanah dari curahan air hujan. 4) Menanam pohon-pohonan yang bernilai ekonomi sebagai prioritas kedua seperti mahoni, bambu, sukun, sungkai, jambu mente, yang sifatnya jangka panjang karena bila ditanam dalam jangka pendek kemungkinan mengalami kegagalan karena tingkat kematiannya cukup besar. Teknik Reklamasi Lahan Timbunan Pasca Penambangan Penataan penggunaan lahan sangat tergantung pada kondisi dan sifat/kualitas bahan timbunan, bentuk, dan kemiringan lahan, serta iklim, agar usaha tersebut dapat memberikan keserasian dengan daerah di sekitarnya. Aspek utama dalam mereklamasi lahan timbunan mencakup tiga hal (Widdowson 1984), yakni (1) rancangan bentuk lahan atau landscape; (2) rekayasa media tumbuh tanaman Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim | 197 Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Batubara melalui penanganan selektif bahan tanah atau bahan penutup; dan (3) pengembangan dan pengelolaan vegetasi penutupnya. Fisik Lahan timbunan yang di beri lapisan atas tanah merah Terdapat empat hal yang perlu dilakukan, yaitu (1) stabilisasi bidang miring dengan LCC; (2) stabilisasi bibir teras dengan vetiver atau rumput pakan ternak; (3) pembuatan saluran pembuangan air (SPA); dan (4) stabilisasi bidang datar dengan legum penutup tanah, atau rumput pakan ternak dan pohon-pohonan untuk penghijauan. a. Lahan untuk penanaman LCC diolah terlebih dahulu sampai kedalaman ± 10 cm dengan lebar 30 cm. Kemudian diberi pupuk kandang 5 t/ha, dan P-Alam 0.5 t/ha; bila perlu diberi kapur 2 t/ha. Jarak antar strip 0,5 meter sampai 1 meter. Biji LCC ditanam dalam sistem larikan mengikuti arah kontur. Stabilisasi bidang miring dengan LCC b. Setelah LCC menutup permukaan tanah, pada jarak-jarak tertentu dibuat lobang-lobang untuk ditanami vegetasi pohon-pohonan pioner seperti pada bidang datar. Vetiver memiliki sistem perakaran yang dalam dan kuat sehingga mampu menahan erosi serta aliran permukaan. Tanah galian pada bibir teras terlebih dahulu diolah. Vetiver ditanam 2 baris, jarak antara baris 15 cm dan di dalam barisan 15 cm. Tiap lubang ditanami 3 batang/bibit vetiver. Setiap panjang 100 meter diberi pupuk kandang 100 kg, kapur 40 kg, P-Alam 10 kg, sedangkan pupuk urea dan KC1 masing-masing diberikan 1 kg. Setelah rumput Vetiver mencapai tinggi ± 80 cm dilakukan pemotongan pada ketinggian ± 15-20 cm dari permukaan tanah. Hijauan rumput Vetiver hasil pemotongan dihamparkan di permukaan tanah yang berfungsi sebagai mulsa sekaligus sebagai sumber bahan organik. Selanjutnya pemangkasan dilakukan kembali dengan selang waktu 40- 60 hari. Stabilisasi bibir teras dengan Vetiver atau rumput pakan ternak Air hujan yang mengalir di permukaan areal/lahan timbunan perlu dikendalikan agar tidak menyebabkan erosi berat. Pada, bidang datar dibuatkan saluran pembuangan air (SPA) yang terus turun ke bidang lereng sampai ke teras bawah. Saluran pembuangan air ini perlu diperkuat dengan batu-batuan atau ditanami rumput (grass waterways). Jarak antar SPA tergantung kondisi di lapangan (Gambar 4). Pembuatan saluran pembuangan air (SPA) Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim | 197 Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Batubara melalui penanganan selektif bahan tanah atau bahan penutup; dan (3) pengembangan dan pengelolaan vegetasi penutupnya. Fisik

reklamasi tambang batubara

Batubara adalah endapan senyawa organik karbon yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan. Batubara merupakan salah satu sumber energi yang cukup penting untuk menunjang kehidupan manusia. Di Indonesia, batubara merupakan sumber energi ketiga setelah minyak, gas bumi, dan beberapa pembangkit listrik sudah menggunakan batubara sebagai sumber energinya. Areal penambangan batubara di Indonesia terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Jawa Barat dengan perkiraan deposit sebesar 750 sampai 1.050 juta metrik ton (Umar 1986 dalam Puslittanak 1995). Deposit batubara pada umumnya terdapat di bawah tanah Ultisols, Inceptisols, atau Oxisols. Tingkat kesuburan tanah tersebut dengan vegetasi hutan atau belukar tergolong memadai atau sedang karena terjadinya keseimbangan ekosistim, tetapi kesuburan alami tersebut sebenarnya bersifat semu dan ringkih atau tidak kokoh/mudah terdegradasi. Ultisols dengan vegetasi hutan mempunyai lapisan tanah atas (top soil) dengan kesuburan yang relatif baik. Penebangan hutan untuk tujuan penambangan batubara akan menyebabkan laju erosi dan degradasi lahan terus meningkat, kandungan bahan organik dan kesuburan tanahnya cepat menurun, ketersediaan hara tanaman rendah, bahkan terdapat unsur aluminium dan besi yang dapat meracuni tanaman. Lahan pasca penambangan batubara umumnya gersang, vegetasi sulit tumbuh, dan menjadi tidak produktif. Pada saat terjadi hujan, air sulit meresap ke dalam tanah atau sebagian besar mengalir di permukaan, akibatnya air tanah berkurang dan erosi terus meningkat bahkan ancaman banjir dan longsor terus mengintai. Sangat disayangkan apabila lahan pasca penambangan batubara akhirnya menjadi tidak produktif dan justru mendatangkan bencana bagi manusia. Oleh sebab itu, lahan pasca penambangan tidak boleh ditinggalkan begitu saja dan perlu usaha serius untuk mengembalikan kondisi lahan tersebut seperti sediakala atau paling tidak mendekati keadaan semula sebelum penambangan. Upaya pemulihan untuk mengembalikan kondisi lahan pasca penambangan disebut reklamasi. Manakala dapat dikelola dengan baik, maka lahan timbunan pasca penambangan batubara merupakan salah satu sumber daya lahan yang berpotensi besar untuk mendukung pembangunan pertanian, baik untuk 188 | Konservasi Tanah Menghadapi Perubahan Iklim Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Batubara perkebunan, tanaman pangan, hortikultura, dll. Dengan demikian di masa mendatang, pemanfaatan lahan timbunan untuk ekstensifikasi atau perluasan areal pertanian berpeluang cukup besar sehingga perlu didorong dan ditingkatkan sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim global dan peningkatan produksi pertanian guna mendukung program ketahanan pangan nasional. Kolam-kolam yang berisi air merupakan potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan pertanian di sekitarnya. Tujuan penulisan ini adalah sebagai bahan rujukan dalam upaya mereklamasi lahan timbunan pasca penambangan batubara. Diharapkan tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pihak yang terkait dengan penambangan batubara agar tidak mencemari lingkungan tetapi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya seperti: objek wisata agro, kolam budi daya ikan air tawar, sumber air irigasi, air pendingin mesin pembangkit tenaga listrik, sarana rekreasi, dan lain sebagainya.

PETA GEOLOGI

Pendahuluan Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan batuan serta merangkum berbagai data lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran teknis dari permukaan bumi dan sebagian bawah permukaan yang mempunyai arah, unsur-unsurnya yang merupakan gambaran geologi, dinyatakan sebagai garis yang mempunyai kedudukan yang pasti. Pada dasarnya peta geologi merupakan rangkaian dari hasil berbagai kajian lapangan. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa pemetaan geologi diartikan sama dengan geologi lapangan. Peta geologi umumnya dibuat diatas suatu peta dasar (peta topografi/rupabumi) dengan cara memplot singkapan-singkapan batuan beserta unsur struktur geologinya diatas peta dasar tersebut. Pengukuran kedudukan batuan dan struktur di lapangan dilakukan dengan menggunakan kompas geologi. Kemudian dengan menerapkan hukum-hukum geologi dapat ditarik batas dan sebaran batuan atau satuan batuan serta unsur unsur strukturnya sehingga menghasilkan suatu peta geologi yang lengkap Peta geologi dibuat berlandaskan dasar dan tujuan ilmiah dimana memanfaatan lahan, air dan sumberdaya ditentukan atas dasar peta geologi. Peta geologi menyajikan sebaran dari batuan dan tanah di permukaan atau dekat permukaan bumi, yang merupakan penyajian ilmiah yang paling baik yang menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi dan mencegah sumberdaya yang bernilai dari resiko bencana alam dan menetapkan kebijakan dalam pemanfaatan lahan. Peta Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau sebagian unsur permukaan bumi digambar dalam skala tertentu dan sistem proyeksi tertentu. Peta seringkali sangat efektif untuk menunjukkan lokasi dari obyek obyek alamiah maupun obyek buatan manusia, baik ukuran maupun hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Sebagaimana dengan foto, peta juga menyajikan informasi yang barangkali tidak praktis apabila dinyatakan atau digambarkan dalam susunan kata-kata. Secara umum peta diartikan sebagai gambaran konvensional dari pola bumi yang digambarkan seolah olah dilihat dari atas ada bidang datar melalui satu bidang proyeksi degan dilengkapi tulisan tulisan untuk identifikasinya. Copyright @2009 by Djauhari Noor 264 Bab 12. Peta Geologi Pengantar Geologi ______________________________________________________________________________________ Peta mengandung arti komunikasi. Artinya merupakan suatu signal antara sipengirim pesan (pembuat peta) dengan si penerima pesan (pemakai peta). Dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan berupa informasi tetang realita dari fenomena geografi. Peta pada dasarnya adalah sebuah data yang dirancang untuk mampu menghasilkan sebuah informasi geografis melalui proses pengorganisasian dari kolaborasi data lainnya yang berkaitan dengan bumi untuk menganalisis, memperkirakan dan menghasilkan gambaran kartografi. Informasi ruang mengenai bumi sangat kompleks, tetapi pada umunmya data geografi mengandung 4 aspek penting, yaitu: 1. Lokasi-lokasi yang berkenaan dengan ruang, merupakan objek-objek ruang yang khas pada sistem koordinat (projeksi sebuah peta). 2. Atribut, informasi yang menerangkan mengenai objek-objek ruang yang diperlukan. Hubungan ruang, hubungan lojik atau kuantitatif diantara objek-objek ruang, Waktu, merupakan waktu untuk perolehan data, data atribut dan ruang. 3. Pemetaan adalah suatu proses menyajikan informasi muka Bumi yang berupa fakta, dunia nyata, baik bentuk permukaan buminya maupun sumberdaya alamnya, berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-simbol dari unsur muka Bumi yang disajikan. 4. Penyajian unsur-unsur permukaan bumi di atas peta dibatasi oleh garis tepi kertas serta grid atau gratikul. Diluar batas tepi daerah peta, pada umumnya dicantumkan berbagai keterangan yang disebut tepi. Keterangan tepi ini dicantumkan agar peta dapat dipergunakan sebaik-baiknya oleh pemakai peta. Penyusunan dan penempatan keterangan tepi bukan merupakan hal yang mudah, karena semua informasi yang terletak disekitar peta harus memperlihatkan keseimbangan. Kebanyakan dari peta yang dikenal hanya memperlihatkan bentuk dua dimensi saja, sedangkan para pengguna peta seperti ahli geologi membutuhkan bentuk 3 dimensi (unsur ketinggian) juga disajikan dalam peta. Peta yang menyajikan unsur ketinggian yang mewakili dari bentuk lahan disebut dengan peta topografi. Meskipun berbagai teknik telah banyak dipakai untuk menggambarkan unsur ketinggian, akan tetapi metoda yang paling akurat/teliti adalah memakai garis kontur. Indonesia pertama kali di petakan secara detail oleh pemerintah kolonial Belanda dan selesai pada tahun 1943. Peta ini kemudian disempurnakan lagi di tahun 1944. Peta topografi tahun 1944 ini akhirnya dipakai sebagai acuan dasar pemetaan Indonesia. Tahun 1966 peta Indonesia disempurnakan lagi melalui sistem pencitraan satelit oleh American Map Service (AMS) namun dengan skala terbesar 1:50000. Peta topografi awalnya hanya dipakai untuk kebutuhan pertahanan dan militer sehingga sangat dirahasiakan dan tidak sembarang orang bisa mengakses. Akan tetapi dengan dunia informasi yang makin terbuka, maka peta topografi sudah disesuaikan dengan kepentingan publik.
PETROLOGI DAN DEFINISINYA
SILAHKAN DIBUKA:
Petrografi Batuan : 
Merupakan bagian dari ilmu petrologi yang mempelajari tentang deskripsi dan klasifikasi batuan dengan menggunakan bantuan mikroskopi polarisasi. Deskripsi batuan secara petrografis, hal yang penting diperhatikan adalah identifikasi komposisi mineral dan tekstur batuan. Pengelompokkan atau pengklasifikasian batuan didasarkan pada hasil pengamatan tekstur dan komposisi mineralogi utama (rock forming minerals).
 REVEUW MINERAL OPTIK
Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus. 
Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Setiap bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau mikroskop tidak dipergunakan sebaiknya ditutup dengan kerudung plastik. Bagian-bagian optik haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan kotoran lainnya. Perlu kiranya diingat bahwa buttr debu yang betapapun kecilnya akan dapat dibesarkan berlipat Banda sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan. 
Mikroskop polarisasi ada beberapa model yang beredar, tetapi unsur-unsur utamanya menunjukkan persamaan, salah satu contoh mikroskop polarisasi seperti terlihat pada gambar 3.1. Bagian-bagian mikroskop hares diketahui secara benar dan fungsi dari bagian tersebut adalah : 
1. Kaki mikroskop, berbentuk tapal kuda (Leitz) atau bulat (Carl Zeiss). 
2. Gigi mikroskop, berbentuk melengkung (Carl Zeiss) atau miring/ tegak (Leitz). Pada waktu pengamatan, ada yang gigimya berada di pihak penelitian dan ada pula yang di seberang. Antara gigir dan kaki mikroskop pada tipe Leitz dipasang sebuah kolom, sehingga gigir mikroskop dapat diatur miring atau tegak sesuai dengan keinginan sipemakai. 
Universitas Gadjah Mada 2 
Gambar I. 1. Mikroskop Polarisasi tipe Leitz. 
3. Tromol pengatur kasar dan halus yang umumnya terpisah. Gunanya untuk mengatur jarak objektif dan preparat. Tromol pengatur yang halus acapkali memiliki pembagian skala dan gunanya untuk mengukur selisih ketinggian kedudukan obyektif. 
4. Meja yang berbentuk piring dengan lubang di tengah-nya yaitu untuk jalan cahaya yang masuk. Piring ini dapat diputar-putar pada porosnya yang tegak, pada tepi meja mempunyai pembagian skala dari 0° sampai 360°, dan disertai pula dengan nonius. Ada beberapa lubang sekrup pada meja tersebut, di antaranya untuk menempatkan penjiepit preparat (dua buah) dan lubang-lubang untuk mendudukkan "mechanical stage" yaitu suatu alat untuk menggerak-kan preparat pada dua arah yang scaling tegak lnrus. 
5. Sekrup pemusat gunanya untuk mengatur agar sumbu putaran meja tepat benar pada potongan salib rambut (cross hairs). Biasanya sekrup pemusat merupakan bagian dari obyektif. 
6. Tubus, yaitu bagian yang umumnya dengan pertolongan tromol pengatur dapat diturun-naikkan. Tetapi pada mikroskop model Carls Zeiss bila tromol pengatur diputar yang 
Universitas Gadjah Mada 3 

bergerak adalah mejanya, sedangkan tubus tetap pada tempatnya. Sekalipun demikian efeknya tetap sama, karena menurunkan meja sama dengan mengangkat tubus. 
7. Cermm yang selalu terdiri dari cermin datar dan konvek. Masing-masing gunanya untuk mendapatkan pantulan sinar sejajar dan sinar konvergen. Pada beberapa jenis mikroskop tempat kedudukan cermin ini digantikan oleh sumber cahaya (lampu) yang memakai filter gelas biru. 
8. Kondensor, yaitu bagian yang terdiri dari lensa cem-bung untuk memberikan cahaya yang konvergen. 
9. Diafragma iris, yaitu merupakan bagian untuk menga-tur jarak cahaya yang masuk dengan jalan mengurangi atau menambah besamya apetumya. 
10. Merupakan bagian vital yang dibuat dari polaroid atau prisma nicol. Arah getaran biasanya N — S, tetapi pada mikroskop model Carl Zeiss justTu E — W. 
11. Obyektif juga merupakan bagian vital, biasanya paling sedikit disediakan 5 buah obyektif atau lebih yang pembesarannya berlainan. 

Pada beberapa model mikroskop penggantian obyektif dapat dilakukan dengan cepat berkat adanya sebuah revolver yang mudah diputar. Pada revolver ini setiap obyektif didudukkan dalam keadaan siaga. 
12. Lubang tempat komparator, yaitu lubang gepeng dimana komparator dapat diselipkan dengan arah NW - ES. 
13. Analisator, yaitu suatu bagian yang vital terbuat dari polaroid atau prisma nicol. Arah getarannya selalu tegak lurus pada arah getaran polarisator. Sekalipun demikian pada mikroskop penelitian arah getaran analisator dapat diatur sekehendak kita. Bila arah getaran analisator dan polarisator saling tegak lurus, maka disebut kedudukan nicol bersilang. 
14. Lensa Bertrand merupakan lensa yang dapat dikeluar-masukkan pula. 
15. Okuler, yaitu bagian mikroskop darimana mata kita melihat medan bayangan. Ada okuler yang memakai pembagian skala (okuler mikrometer) dan ada pula satu, dua atau lebih okuler tanpa pembagian skala tetapi dengan pembesaran yang berbeda-beda. 
Universitas Gadjah Mada 4 
Tabel I. 1. Petrological Analysis Checklist Technique 
Preferred Sample : nature and size 
Laboratory turn around in working days 
Helpful Information for the laboratory 
Petrography 
Unweathered hand-specimen (>50 mm), or 
15 (sample preparation) 5 (petrography) 5 
Sample type, ie outcrop, float, colluvial, depth in 
Standard thin-section, or Polished thin-section 
(combined petrography and mineragraphy) 
drill-hole. Spatial relation of samples to each other. 
Comments on local geology. 
Mineragraphy 
Unweathered hand-specimen (>50 mm), or 
10 (sample preparation) 5 (mineragraphy) 
As above. Geochemical data. 
Polished thin-section, or Polished fluid 
inclusion plate 
XRD Analyses 
Unweathered hand-specimen, or Crushed 
2 (sample preparation) 3 (qualitative) 5 
Whether analysis of clays or other minerals required. 
sample (> 1g) 
(semi-quantitiative)
Comments on local geology. 
Fluid Inclusion Analyses 
Clear secondary vuggy quartz crystals 
10 (sample preparation) 5 (fluid-inclusion 
Where two or more veins are present, cross-cutting 
Secondary calcite, anhydrite,barite, fluorite 
analysis) 
relationships should be noted for determination of 
and adularia crystals if optically clear 
paragenesis. Sample location including elevation. 
Sphalerite crystals 
Microprobe Analyses and 
Unweathered hand-specimen, or Polished thin- 
10 (sample preparation) 5 (microprobe 
Quantitative or semi-quantitative analysis required. 
SEM-EDAX 
section or mount 
analysis) 
Degree of alteration determined by thin-section 
examination. Comments on local geology. 
XRF or NA Analysis
Hand-specimen. Bulk crushed powder (> 2g) 
20-30 
Purpose of analysis. 
Mineral Stable Isotope 
Hand-specimen.) Individualmineral crushed powder (> 100g) 
50 
Purpose of analysis. Paragenetic relationships. 
Radiometric Dating
Unweathered hand-specimen. Individual 
Radiocarbon dating: 90 (standard) 20 
Degree of alteration determined by thin-section 
mineral crushed powder (> 250g) 
(express service) K/Ar, U/Pb and Rb/Sr 
examination. Purpose of analysis. 
dating: 30 to 50 days 




Comments system

Disqus Shortname